Jumat, 10 Januari 2014

EMPOWERMENT, STRESS, DAN KONFLIK



A.    Definisi Empowerment
Richard Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.

B.     Kunci Efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
Soetrisno (1995:139) mengemukakan bahwa paradigma pemberdayaan (empowerment) ingin mengubah kondisi tersebut dengan cara memberi kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang juga mereka pilih sendiri. Kelompok orang miskin ini juga diberi kesempatan untuk mengelola dana pembangunan, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain.
Kemudian timbul pertanyaan, apa perbedaan antara model pembangunan partisipatif dengan model pemberdayaan rakyat (empowerment). Perbedaannya terlihat bahwa dalam model pemberdayaan, rakyat miskin tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan program, perencanaan, dan pelaksanaannya tetapi mereka juga menguasai dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model pembangunan yang partisipatif keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai dana guna mendukung pelaksanaan program tersebut.

C.     Definisi Stres
Selye (dalam Mumtahinnah, 2008) mendefinisikan stres sebagai  respon yang tidak spesifik dari tubuh  pada tiap tuntutan yang dikenakan  padanya.
Sedangkan Korchin (dalam Mumtahinnah, 2008) menyatakan bahwa  keadaan stres muncul apabila tuntutan- tuntutan yang luar biasa atau terlalu  banyak mengancam kesejahteraan atau  integritas seseorang.

D.    Sumber Stres
D.Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas dan masyarakat.
1.      Sumber-sumber Stres di Dalam Diri Seseorang
Menurut Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008)  kadang-kadang sumber stres itu ada di dalam diri seseorang. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.
2.      Sumber-sumber Stres di dalam Keluarga
Stres di sini dapat bersumber dari interaksi di antara para anggota keluarga.
3.      Sumber-sumber Stres di Dalam Komunitas dan Lingkungan
Beberapa pengalaman stres orangtua bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stresfull sifatnya.
4.     Pekerjaan
Diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah tuntutan kerja.
5.      Stres yang Berasal dari Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik, seperti:  Kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan.

E.     Pendekatan Stres
Robbins dalam (Rini, 2010) menyebutkan dua  pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
1.      Pendekatan individual
Seorang dapat memikul  tanggung jawab pribadi untuk mengurangi  tingkat stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
·         Teknik manajemen waktu
·         Meningkatkan latihan fisik
·         Pelatihan pengenduran (relaksasi)
·         Perluasan jaringan dukungan sosial
2.      Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan stres  terutama tuntutan tugas dan peran, struktur  organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi  yang digunakan:
·         Perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja
·         Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
·         Perancangan ulang pekerjaan
·         Peningkatan keterlibatan kerja
·         Perbaikan komunikasi organisasi
·         Penegakkan program kesejahteraan korporasi

DAFTAR PUSTAKA
Friedmann, John. 1992. Empowerment. The Politics of Alternative Development. Cambridge. Blackwell. Diakses tanggal 10 Januari 2014. diakses dari http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikel-umum/77-memahami-pemberdayaan-empowerment
Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan antara stress dengan agresi pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Jurnal. Universitas Gunadarma. Diakses tanggal 10 Januari 2013. Diakses dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_10502173.pdf
Pranarka, AMW dan Prijono, Onny S (ed). 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi. CSIS. Jakarta. Diakses tanggal 10 Januari 2014. diakses dari http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikel-umum/77-memahami-pemberdayaan-empowerment
Rini. (2010). Pendekatan yang digunakan dalam mengatasi streskerja dalam suatu organisasi. Jurnal Ilmiah. Vol 2 No. 3. Politeknik Negeri Sriwijaya. Diakses pada 10 Januari 2010. Diakses dari http://portal.kopertis2.or.id/jspui/bitstream/123456789/263/1/Rini23.pdf
Soetrisno, Loekman. 1995. Negara dan Peranannya Dalam Menciptakan Pembangunan Desa yang Mandiri.  Dalam Seminar Strategi Pembangunan Pedesaan. UGM-UNWAMA. 1-3 Oktober 1987. Yogyakarta. diakses tanggal 10 Januari 2014. Diakses dari http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikel-umum/77-memahami-pemberdayaan-empowerment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar