A. Definisi Empowerment
Richard
Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment
sebagai mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab
secara pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan
pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran
organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang mendorong
pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan
membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
B. Kunci Efektif Empowerment
Konsep
pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise
mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya
model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan
yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya
alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi,
persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya
dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan
pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya
Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek
sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu
suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi
dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila
ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi
maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga
terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
Soetrisno
(1995:139) mengemukakan bahwa paradigma pemberdayaan (empowerment) ingin
mengubah kondisi tersebut dengan cara memberi kesempatan pada kelompok orang
miskin untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang
juga mereka pilih sendiri. Kelompok orang miskin ini juga diberi kesempatan
untuk mengelola dana pembangunan, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari
pihak lain.
Kemudian timbul
pertanyaan, apa perbedaan antara model pembangunan partisipatif dengan model
pemberdayaan rakyat (empowerment). Perbedaannya terlihat bahwa dalam model
pemberdayaan, rakyat miskin tidak hanya aktif berpartisipasi dalam proses
pemilihan program, perencanaan, dan pelaksanaannya tetapi mereka juga menguasai
dana pelaksanaan program itu. Sementara dalam model pembangunan yang
partisipatif keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada
pemilikan, perencanaan dan pelaksanaan, sedangkan pemerintah tetap menguasai
dana guna mendukung pelaksanaan program tersebut.
C. Definisi Stres
Selye (dalam Mumtahinnah, 2008)
mendefinisikan stres sebagai respon yang
tidak spesifik dari tubuh pada tiap
tuntutan yang dikenakan padanya.
Sedangkan Korchin (dalam Mumtahinnah, 2008) menyatakan bahwa
keadaan stres muncul apabila tuntutan- tuntutan
yang luar biasa atau terlalu banyak
mengancam kesejahteraan atau integritas
seseorang.
D. Sumber Stres
D.Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) membedakan
sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas dan
masyarakat.
1.
Sumber-sumber
Stres di Dalam Diri Seseorang
Menurut Sarafino (dalam Mumtahinnah,
2008) kadang-kadang sumber stres itu ada
di dalam diri seseorang. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan
rasa sakit dan umur individu.
2.
Sumber-sumber
Stres di dalam Keluarga
Stres di sini dapat bersumber dari
interaksi di antara para anggota keluarga.
3.
Sumber-sumber
Stres di Dalam Komunitas dan Lingkungan
Beberapa pengalaman stres orangtua
bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan yang stresfull sifatnya.
4. Pekerjaan
Diantara faktor-faktor yang membuat
suatu pekerjaan itu stressfull adalah tuntutan kerja.
5.
Stres
yang Berasal dari Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan di sini
adalah lingkungan fisik, seperti: Kebisingan,
suhu terlalu panas, kesesakan.
E. Pendekatan Stres
Robbins dalam (Rini, 2010) menyebutkan dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
1.
Pendekatan
individual
Seorang dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah
terbukti efektif adalah:
·
Teknik
manajemen waktu
·
Meningkatkan
latihan fisik
·
Pelatihan
pengenduran (relaksasi)
·
Perluasan
jaringan dukungan sosial
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa faktor yang menyebabkan
stres terutama tuntutan tugas dan peran,
struktur organisasi dikendalikan oleh
manajemen. Strategi yang digunakan:
·
Perbaikan
seleksi personil dan penempatan kerja
·
Penggunaan
penetapan tujuan yang realistis
·
Perancangan
ulang pekerjaan
·
Peningkatan
keterlibatan kerja
·
Perbaikan
komunikasi organisasi
·
Penegakkan
program kesejahteraan korporasi
DAFTAR PUSTAKA
Friedmann,
John. 1992. Empowerment. The Politics of Alternative Development. Cambridge.
Blackwell. Diakses tanggal 10 Januari 2014. diakses dari http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikel-umum/77-memahami-pemberdayaan-empowerment
Mumtahinnah,
N. (2008). Hubungan antara stress dengan agresi pada ibu rumah tangga yang
tidak bekerja. Jurnal. Universitas Gunadarma.
Diakses tanggal 10 Januari 2013. Diakses dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2008/Artikel_10502173.pdf
Pranarka,
AMW dan Prijono, Onny S (ed). 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. CSIS. Jakarta. Diakses tanggal 10 Januari 2014. diakses dari http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikel-umum/77-memahami-pemberdayaan-empowerment
Rini.
(2010). Pendekatan yang digunakan dalam mengatasi streskerja dalam suatu
organisasi. Jurnal Ilmiah. Vol 2 No.
3. Politeknik Negeri Sriwijaya. Diakses pada 10 Januari 2010. Diakses dari http://portal.kopertis2.or.id/jspui/bitstream/123456789/263/1/Rini23.pdf
Soetrisno,
Loekman. 1995. Negara dan Peranannya Dalam Menciptakan Pembangunan Desa yang
Mandiri. Dalam Seminar Strategi Pembangunan Pedesaan. UGM-UNWAMA. 1-3
Oktober 1987. Yogyakarta. diakses tanggal 10 Januari 2014. Diakses dari http://bbppketindan.bppsdmp.deptan.go.id/arsip/artikel/artikel-umum/77-memahami-pemberdayaan-empowerment
Tidak ada komentar:
Posting Komentar